Problematika Pendidikan pada Masa Pandemi di Perguruan Tinggi

COVID-19 mulai terdeteksi di Indonesia pada awal Maret, 2020. Kasus pertama terjadi pada 2 orang perempuan, yakni perempuan berumur 31 tahun dan ibu berusia 31 tahun. Hal ini diduga karena pertemuan kedua orang tersebut dengan WN Jepang, pada sebuah club dansa di Jakart.

Adanya COVID-19 mempengaruhi banyak hal, salah satunya yaitu pada bidang Pendidikan. Sekolah yang awalnya libur 2 minggu karena kelas tingkat akhir sedang melaksanakan ujian, berlanjut hingga akhir tahun. Dengan adanya COVID-19, sistem pembelajaran pun harus diubah, yang awalnya tatap muka menjadi daring ( dalam jaringan ) atau bisa disebut juga PJJ ( pembelajaran jarak jauh ).

Tentu sistem yang baru ini menimbulkan beberapa problematika, baik itu dari peserta didik, pendidik, dan sistemnya itu sendiri. Dengan adanya perubahan sosial budaya dalam pendidikan, tentu peserta didik, pendidik dan sistem, membutuhkan adabtasi agar kegeatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, berdasarkan survei pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Pendidikan Agama Islam, Semester 1, dapat diketahui beberapa problematika yang dihadapi oleh mahasiswa, berikut ringkasan hasil survei

Survei ini diikuti oleh 70 mahasiswa, 58 dari 70 mahasiswa tersebut berdomisili di JABODETABEK, selebihnya diluar dari itu. Sebagian besar mengunakan handphone untuk pembelajaran jarak jauh dan menggunakan paket data.

Problematika yang datang dari pribadi mahasiswa itu sendiri seperti sulit memahami materi perkuliahan, hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor seperti mengantuk saat kelas berlangsung, membuka aplikasi lain seperti whatsapp, instagram, twiter dan media sosial lainnya sehingga mereka tidak fokus dengan apa yang sedang disampaikan oleh dosen atau pemakalah. Penyampaian materi yang menoton pun memicu perasaan bosan mahasiswa, karena hanya terus mendengarkan, tanpa ada interaksi lain. Karena rasa bosen tersebut akhirnya mereka tidak fokus mendengarkan lalu mencari aktivitas lain. Mahasiswa pun kerap kali mengikuti kelas dengan posisi tiduran atau sambil makan, tentu ini bukan tindakan yang baik dalam menuntut ilmu karena suul adab.

Dengan tidak pahamnya terhadap materi perkuliahan menyebabkan beberapa mahasiswa kebingungan ketika ada tugas dari dosen, sehingga terkadang mereka menyontek atau menyalin tugas teman, bahkan sampai ada yang dikerjakan oleh orang lain. Selain itu, mahasiswa kerap kali kesulitan dalam membagi waktu, karena tugas yang cukup banyak, sedangkan materi tidak mereka kuasai, sehingga penyelesaian tugas pun menjadi terhambat.

Keadaan seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena mulai terkikis tujuan pendidikan untuk memberikan pemahaman, menjadi seperti mengejar nilai dan tittle saja. Menurut saya, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan membuat peraturan mewajibkan para mahasiswa untuk selalu mengaktifkan kameranya, sehingga dapat terpantau. Dengan mengaktifkan kamera, paling tidak ketika ada yang tertidur dapat dibangunkan, dan mahasiswa bisa lebih fokus mendengarkan materi karena tidak membuka media sosial lainnya atau mengikuti kelas dengan tiduran atau makan. Menciptakan ruang zoom atau google meet yang penuh interaksi juga dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Selain problematika yang datang dari pribadi mahasiswa, problematika pun hadir dari eksternal mahasiswa seperti, jaringan yang tidak stabil dikarenakan tinggal di daerah yang sulit menjangkau sinyal, cuaca yang mempengaruhi kualitas sinyal, lalu handphone atau laptop yang tidak berfungsi dengan baik seperti tidak bisa mengaktifkan kamera atau microfon, kuota yang cepat habis, mati listrik yang menyebabkan wifi pun mati, jadwal perkuliahan yang mendadak ganti sehingga mengganggu kegiatan lain di luar kuliah bagi segelintir mahasiswa yang mempunyai kegiatan kerja sampingan seperti mengajar, menjadi driver dan lain-lain, dosen yang tidak menjelaskan hanya memberi tugas, dosen yang memberi banyak tugas, teman yang individualis dan tidak bertanggu jawab, kurangnya referensi untuk penugasan, orang tua yang kurang support seperti terkadang disuruh ketika sedang ada kelas, lingkungan sekitar yang tidak kondusif, seperti banyaknya anak kecil dilingkungan rumah, tetangga yang menyetel musik terlalu keras dan lain sebaginya,

Hal-hal tersebut tentu sangat menggangu proses belajar mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak dapat mengusai materi perkuliahan dengan baik. Perubahan sistem pendidikan yang mendadak, sedangkan sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan belum memadai.

Sebagaimana hasil dari survei, 48 orang memilih sering mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, 13 orang memilih pernah mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, 8 orang memilih jarang mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, dan hanya 1 orang yang memilih tidak pernah mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan.

Perlu adanya kerja sama dari segala pihak. Mahasiswa, dosen, orang tua, dan pemerintah, semua harus berperan aktif demi terciptanya tujuan pendidikan. Mahasiswa harus bisa lebih semangat lagi dalam belajar, tidak menunda tugas, fokus saat perkuliahan, dan membuat jadwal sehingga dapat mengatur waktu dengan baik. Dosen menjalankan kewajibannya sebagai pendidik dengan baik seperti dengan mengajar diwaktu yang sudah ditentukan, membuat suasana pembelajaran yang “hidup” dan menyenangkan, tidak terlalu membebankan mahasiswa dengan tugas-tugas, menggunakan metode mengajar yang mudah dipahami. Orang tua harus bisa memahami anak-anaknya, mengetahui jadwal kuliah anakanya, sehingga tidak mengganggu anak yang sedang ada kelas, memberikan perhatian dan dukungan yang cukup karena pembelajaran jarak jauh cukup membuat anak-anak setres, karena harus terus berhadapan dengan layaar handphone atau laptop demi tuntasnya tugas-tugas. Pemerintah harus bisa membantu para mahasiswa yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi saran dan prasarana dalam pembelajaran jarak jauh, seperti memberikan kuota gratis.

Sejauh ini, Kemendikbud dan Kemenag telah memberikan kuota belajar kepada para mahasiswa, guna membantu proses perkuliahan. Dengan adanya bantuan tersebut tentu mengurangi pengeluaran di masa pandemi ini, yang mana banyak dari orang tua mahasiswa yang pendapatan orang tuanya berkurang akibat pandemi Covid-19 ini.

 

Sumber : https://kumparan.com/